Oleh. : H. Adlan Daie
Pemerhati politik dan sosial keagamaan
H. Ahmad Dhofiri, Komisaris Jenderal (komjend) polisi bintang tiga, putera asli Tegalurung Indramayu dalam "diksi metafor" ia ibarat "oase" mata air di tengah gersangnya etika pejabat publik. Dalam perspektif Michael Hart tentang "influential person" ia dapat dipandang sebagai "guardian", yakni teladan berpengaruh dalam menjaga legacy etik polri.
H. Ahmad Dhofiri hadir saat citra polri ibarat cermin "buruk rupa" di ruang persepsi publik akibat prilaku tercela irjend polisi.Ferdy Sambo, dalang pembunuhan berencana (pasal.340) terhadap ajudannya, brigadir Jousua Hutabarat yang menyeret mata rantai anggota polisi lainnya nyaris terstrukrur, sistemik dan massif yang dalam narasi Soegeng ketua "Indonesian Police Wacth" (IPW) disebut pola kerja mafia kejahatan.
Sebagai peraih bintang Adi Makayasa, yakni alumni terbaik Akpol angkatan tahun1989. H. Ahmad Dhofiri berperan penting membongkar anasir "obraction of justice", penghalang penyidikan justru di lingkup institusi polri sendiri, membalikkan kesaksian Baradha E lalu dipercaya Kapolri menjadi "ketua hakim" etik dan merekomendasikan pemecatan Ferdy Sambo dari anggota polisi tidak dengan hormat (PTDH). Tuntas dan presisi (terukur).
Pesan filosofis dari keteladanan H. Ahmad Dhofiri dalam mengambil peran penting di atas adalah bahwa kemampuan seorang pejabat menggerakkan kewenangan yang dimilikinya dalam konteks landasan etis adalah kekuatan kearifan untuk meletakkan jabatan dalam.fungsi pencerahan peradaban dan keadilan publik bukan alat menumpuk kapital secara destruktif dan pola hidup yang "adigang adigung dan adigono".
Dalam konteks ini setidaknya dari sudut pandang penulis H. Ahmad Dhofiri ibarat "oase" sebuah mata air keteladanan saat publik disuguhkan gersangnya moralitas pejabat yang mudah menyalahgunakan kekuasaan, merekayasa kasus dan aturan dan mengkorupsi kebijakan publik untuk kepentingan "privatisasi" politik. Ia "tahan godaan", jauh dari isu bermain politik, tegak tulus dan tidak "ambil untung" dari kewenangan, pangkat, jabatan dan diskresi yang melekat pada dirinya.
Karena itu, kita bangga atas peran H. Ahmad Dhofiri diatas, seorang putera Indramayu yang berhasil menunaikan tugas yang diembankan Kapolri di puncaknya untuk menyelamatkan citra "buruk" kepolisian yang digerogoti anasir anasir internal kepolisian sendiri. Ia hadir menjadi penjaga peradaban etik polri saat "ibu pertiwi berlinang air mata, meindih dan berdoa" dari caci maki publik.
Kebanggaan itu tentu makin melapangkan dada publik setidaknya publik Indramayu di mana H. Ahmad Dhofiri menuai.kearifan lokal sejak dinu di dalam nya - jika para pejabat Indramayu baik di lingkup kepolisian maupun ruang birokrasi lainnya bisa mengambil jejak keteladanan H. Ahmad Dhofiri di atas minimal jauh dari sikap arogan, congkak dan menjengkelkan perasaan kolektif publik.
Wassalam (*)
Dapatkan berita terbaru terkini dan viral 2024, trending terbaru, serta terpopuler hari ini dari media online wiralodra.info melalui platform Google News.