SIDAK. Ketua DPRD Kota Bekasi, H.M Saifuddaulah, melakukan sidak di SMP Negeri 17 yang berlokasi di Jaticempaka, Pondok Gede, kota Bekasi. //foto:ist// |
BEKASI- Ketua DPRD Kota Bekasi, H.M Saifuddaulah, melakukan sidak di SMP Negeri 17 yang berlokasi di Jaticempaka, Pondok Gede, kota Bekasi. Kedatangannya diterima langsung oleh Kepala Sekolah SMPN 17, Tri Wahyu Retnaningsih.
Politisi senior PKS ini meninjau kondisi sarana dan prasarana (sarpras) yang tersedia termasuk ruang perpustakaan yang saat ini sedang viral di pemberitaan terkait kasus pelecehan seksual yang dilakukan oknum petugas perpustakaan di SMPN 6.
“Saya ingin memastikan, hal yang mungkin terlewat atau belum tersedia untuk mendukung terselenggaranya pelayanan pendidikan yang aman dan nyaman bagi seluruh warga sekolah khususnya di lingkungan SMPN 17 ini,” kata Ketua DPRD Kota Bekasi H.M Saifuddaulah usai sidak, belum lama ini (05/08/2022).
Ia melanjutkan, lokasi SMPN 17 ini berada di daerah pemilihan (dapil) yang menghantarkan dirinya duduk sebagai wakil rakyat di DPRD Kota Bekasi selain Pondok Melati. Sehingga, kata dia, sudah menjadi kewajiban untuk memastikan terpenuhinya sarpras, dan hal-hal yang tidak diharapkan di SMPN 17 bisa dihindari.
“Alhamdulillah perpustakaan di sini sudah dilengkapi CCTV, semoga siswa bisa memanfaatkan layanan perpustakaan ini sebaik-baiknya sebagai salah satu sumber bahan belajar,” tambah pria yang akrab disapa Ustadz Daulah ini.
Sementara itu, kepala sekolah SMPN 17, Tri Wahyu Retnaningsih menggunakan kesempatan kehadiran ketua DPRD kota Bekasi di sekolah yang dipimpinnya dengan mengajukan beberapa usulan khususnya terkait sarana dan prasarana pendukung.
“Ruang kelas belum ada CCTV termasuk ruang wakil kepala bidang kesiswaan, sekolah kami juga belum memiliki ruang UKS, ruang BK, bahkan beberapa ruang seperti laboraturium kami manfaatkan sebagai ruang kelas, karena kebutuhan ruang kelas yang mendesak untuk menampung tingginya animo orangtua menyekolahkan anaknya ke sekolah negeri termasuk di sini,” katanya.
Untuk itu, kata Tri, pihaknya mengupayakan dengan menyiapkan sekolah jarak jauh yang tetap menginduk ke sekolahnya untuk mengakomodir siswa yang tidak tertampung pembelajarannya mengingat keterbatasan ruang kelas yang ada.
“Saat ini kelas 7 ada 8 rombel, dengan jumlah 42 siswa perkelas, sejujurnya tidak ideal apalagi dengan keterbatasan tenaga guru,” tukas Tri Wahyu.(Adhikarya/Setwan)Dapatkan berita terbaru terkini dan viral 2024, trending terbaru, serta terpopuler hari ini dari media online wiralodra.info melalui platform Google News.